Kesetaraan Gender dan Pendidikan di Negara Maju dan Berkembang

Kesetaraan Gender dan Pendidikan di Negara Maju dan Berkembang


Akses Pendidikan Perempuan di Negara Maju

Selama beberapa dekade terakhir, negara-negara maju telah melihat peningkatan yang signifikan dalam akses pendidikan bagi perempuan. Di negara-negara ini, tingkat pendaftaran anak perempuan dan laki-laki di sekolah dasar https://ponpesal-mumtazkotasolok.com/ dan menengah hampir sama. Menurut Sutherland, di banyak negara Eropa, anak perempuan sering mengungguli anak laki-laki di tingkat sekolah menengah, menunjukkan prestasi akademik yang luar biasa.

Sebaliknya, beberapa negara Afrika dan Asia telah menerapkan kuota, beasiswa, dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan pendaftaran perempuan di pendidikan tinggi. Langkah-langkah ini dirancang untuk meningkatkan akses perempuan ke pendidikan berkualitas dan mengamankan kesempatan kerja jangka panjang yang stabil.


Tantangan dalam Perwakilan Pendidikan Tinggi

Secara global, posisi perempuan di pendidikan tinggi telah meningkat secara drastis dalam beberapa tahun terakhir. Namun, perbedaan tetap ada. Di beberapa negara maju, perempuan terus kurang terwakili dan, kadang-kadang, dievaluasi secara tidak adil dalam sistem universitas. Menurut berbagai laporan, perempuan tetap menjadi “minoritas yang berbeda” dalam pendidikan tinggi, terutama di negara-negara tertentu. Keterwakilan yang kurang ini meluas ke program pascasarjana dan doktoral, di mana perempuan masih merupakan proporsi pemegang gelar yang relatif kecil.


Gender, Motivasi, dan Kinerja Akademik

Eksplorasi lebih lanjut tentang perbedaan gender dalam pendidikan terkait dengan sebuah studi oleh Aleksandra M. Rogowska dan rekan-rekannya, yang meneliti motivasi akademik, kepribadian, dan gender di antara mahasiswa Polandia dan Ukraina. Studi yang melibatkan 424 siswa dalam program pendidikan jasmani ini menggunakan catatan IPK, Skala Motivasi Akademik (AMS), dan model kepribadian.

Temuan ini mengungkapkan perbedaan gender yang signifikan dalam ciri-ciri kepribadian dan motivasi akademis. Khususnya, gender berfungsi sebagai variabel moderasi dalam hubungan antara kesadaran dan keberhasilan akademik. Studi ini menyimpulkan bahwa wanita menunjukkan motivasi akademik yang lebih tinggi daripada pria, menunjukkan dorongan yang lebih kuat untuk berprestasi di antara siswa perempuan.


Tantangan Pendidikan dan Perilaku di Amerika Serikat

Sebuah studi longitudinal yang melacak anak-anak Amerika yang lahir pada 1980-an mengungkapkan bahwa anak laki-laki dengan masalah perilaku cenderung tidak lulus dari sekolah menengah dan universitas dibandingkan dengan anak perempuan yang menghadapi tantangan serupa. Owens, penulis penelitian, mengaitkan kesenjangan ini dengan stereotip negatif dan harapan masyarakat yang ditempatkan pada anak laki-laki. Stereotip ini, dikombinasikan dengan tekanan teman sebaya dan tingkat pengulangan nilai yang lebih tinggi, berkontribusi pada kesenjangan gender yang terus-menerus dalam pencapaian pendidikan di Amerika Serikat.


Representasi Gender di Bidang STEM

Di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM), perempuan tetap kurang terwakili secara signifikan di negara maju. Menurut OECD, sementara 71% pria dengan gelar sains bekerja secara profesional di bidang fisika, matematika, dan teknik, hanya 43% wanita yang melakukannya. Di bidang-bidang seperti teknik dan ilmu komputer, kurang dari satu dari tiga lulusan adalah perempuan, dan dalam ilmu komputer, angkanya turun menjadi kurang dari satu dari lima.

Penelitian internasional oleh Stoet dan Geary, memanfaatkan basis data komprehensif hasil siswa di STEM, menyoroti bahwa anak perempuan mampu tampil setara dengan anak laki-laki dalam mata pelajaran STEM di tingkat universitas. Faktanya, anak perempuan sering menyamai atau melampaui prestasi akademik anak laki-laki dalam matematika dan sains di berbagai negara.

Menariknya, penelitian ini mengidentifikasi bahwa tingkat kesetaraan gender nasional memengaruhi permintaan gelar STEM. Di negara-negara dengan kesetaraan gender yang lebih sedikit, tekanan kualitas hidup tampaknya mendorong partisipasi perempuan yang lebih tinggi dalam pendidikan STEM. Para penulis menyimpulkan bahwa upaya untuk meningkatkan kesetaraan gender, terutama di negara-negara yang kurang setara, dapat mengarah pada peningkatan representasi perempuan di bidang STEM.